Selasa, 31 Desember 2019

Refleksi akhir tahun 2019 masehi



Rasanya perlu ngetik ini.ceritakan hal-hal yang sudah terjadi 1 tahun belakangan. Tapi gak akan diketik per time line-an. Tapi mau ketik per sektor apa yang telah dilewati dimulai dari.. you know lah wkwk silahkan tebak sendiri hehe

Awal tahun ternyata jadi keputusan yang berat untuk mengakhiri taaruf, sebenarnya bukan berat hanya saja lika-likunya sudah terlalu dalam, hingga akhirnya melepas dan tidak mempertahankan. Nyatanya bulan berikutnya lamaran.. dan 5 bulan selanjutnya nikah. Benar-benar ngerasa ini apa betulkah ? wkwk. Bukan gak percaya.. hanya saja bisa ya perubahan nya terjadi sekilat itu ? tapi apa yang tidak jika allah tlah berkehendak. Flashback..gila malu-malu digandeng dsb, ternyata aku juga punya malu gaes ;’) wkwk. Udah ya. Romantisnya lewat.

Momen selanjutnya LDM, salah satu senior ingatin. Katanya harus kuat nantinya. Pertamanya gak ngerti harus kuat apa ? setelah dijalani akhirnya mengerti... banyak hal yang harus dikuatin, ini ngetik aja masih di-kuat-in, you know rasanya waktu galau lama? *nanya ke diriku yang dulu* Gitu yang aku rasakan sekarang, nyeri dadanya gak ilang-ilang, even aku yang anak medis sendiri gak tau ini apa. Besok-besok kayaknya harus cek EKG deh. Pas nge cek sambil mata bengkak wkwk

Udah lah ya ? ngeluh gak akan menyelesaikan apa-apa. Apa yang terjadi sekarang cukup disyukuri, toh semua akan lewat, layaknya tahun lalu aku nangis karena perkara “nikah” sekarang juga nangis perkara pasca nikah ckck. Emang ya, orang yang bawaannya melankolis dan  mau dia sebelum atau sesudah ya kalo dari sananya begitu bakalaaan seperti itu.

Sisi lain tentunya aku bersyukur dong. Dapat dia yang dewasa, yang bisa nasehatin blabla, tentunya bisa ditanyain perkara dakwah, yang bisa nasehatin 1 jam hanya bahas 1 topik otolongg wkwk.

Pada akhirnya cuman mau bilang nikah itu definisinya apa sih ? cuman mau cari bahagia dengan adanya pasangan baru dalam hidup kamu ? cuman mau jadikan  “status” ini pelarian dari pertanyaan lainnya atau apa ? buat definisimu sendiri. Perlu bocoran kah ? wkwk. Satu lagi suami itu sebenarnya apa ? tempat kamu yang-yangan dengan dia atau apa ? ini lagi nasehatin ke diri sendiri ya.

Tapi kalo aku ditanya untuk definisi itu, aku akan jawab. Nikah hanya salah satu dari berbagai media untuk lebih dekat beribadah kepadaNya, dan suami adalah partner, sebagai teman, penasehat terbaik atau yang akan saling mengingatkan jika salah satunya sudah muali keluar koridor. Ingatkan aku ya ?
Tahun ini juga alhamdulillah wisuda, terus buat seminar besar sekelas internasional, memilih internship di poso yang awalnya maunya dimorowali. Masya allah, milih di poso itu ya.. menurutku gak pernah salah, segi ilmu dapat, segi pendapatan dapat, segi dakwah dapat..

Sudah 6 bulan di poso. Alasan kemarin kenapa milih poso awalnya karena daerah konflik jadi kepikiran mungkin bakalan dapat kasus kena peluru gitu kan wkwk. Tapi ternyata belum dapat kasus seperti itu. Disisi lain malah dapat kasus yang unik-unik lainnya. Ini pertama kalinya merantau yang betul-betul merantau jauh dari siapa-siapa dan tidak ada keluarga sama sekali.

Poso.. terkenal karena daerah konfliknya. Selebihnya ketika datang pertama kali malah kesanya kota yang ramai, dan tidak terlalu luas, jadi jangkauan kemana-mana mudah. Yang paling berkesan selama 6 bulan ini sisi keagamaanya wilayah ini. Mereka (baik muslim/ataupun penganut agama lainnya) sangat mendalami apa yang mereka anuti. Contohnya muslim disini, selalu buat kegiatan pawai akbar atau masyiroh/ turun kejalan terkait permasalahan umat pakai bendera tauhid, selalu as always kajian ditiap kelurahannya, ada daerah yang tentunya mayoritas non pastinya gak bikin kajian. Salah satunya yang menarik ya seperti sekarang, malam pergantian tahun namun  mesjidnya dipenuhi untuk dzikir ataupun putar murottal (alasan dari berbagai alasan lainnya kenapa gak pulang balik ke palu untuk ikut liburan).

Hal menarik selanjutnya terkait poso selain makanan serba “seafoodnya” adalah sisi politiknya. Isu yang hangat terkait pengerukan danau poso yang tujuannya menambah debit volume air untuk pasokan listrik se daerah poso, namun nyatanya sebagian besar listriknya digunakan untuk keperluan lain di “kota lain” tentunya.

Isu lain berupa dibentuknya komunitas-komunitas yang dengan sengaja menamakan serta mengidentitaskan dirinya sebagai pemuda daerah yang  memiliki tujuan untuk membendung radikalisasi yang ada didaerah ini. Sayangnya radikal yang dimaksud tidak memiliki definisi yang jelas dan cenderung berkonotasi negatif, bagi beberapa orang hal ini hanya berarti biasa, namun jika kita lebih “ jeli” dalam memperhatikan ternyata ada maksud lain dibalik hal ini. Paragraf ini akan dibuat ulasan lebih jauh, untuk sementara tulisan ini saya sudah sampai sini. Sekian. Dadahh

Poso-Lawanga
21.43 WITA
31 Desember 2019 –menunggu pergantian tahun masehi
Ditemani kipas angin turbo merk miyako.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar